Pendidikan Anak Pra-Sekolah dan
Pendidikan Anak Usia Dini
Dewasa ini sering kita dengar mengenai
Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tapi,
pada kenyataannya hal-hal yang sering kita dengar mengenai PAPS dan PAUD tidak
berbanding lurus dengan pelaksanaannya. Banyak orangtua yang tidak mengetahui
betapa pentingnya pendidikan anak pra-sekolah dan pendidikan anak usia dini.
Padahal seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan anak pra-sekolah dan
pendidikan anak usia dini akan lebih memudahkan proses pertumbuhan anak,
khususya di bidang intelegensi. Berkembangnya kemampuan berkomunikasi juga berperan dalam meningkatkan
kecerdasan berbahasa yang harus dikembangkan sejak dalam kandungan, baik dengan
lisan, isyarat maupun simbol-simbol.
Berikut sedikit penjelasan mengenai
Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
1.
Pengertian
a. Pengertian
Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) menurut beberapa ahli :
v Undang-Undang
RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 Ayat 2 menyebutkan
bahwa pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan
dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini
mungkin seumur hidup (Patmonodewo, 2003).
v Biechler dan
Snowman (dalam Patmonodewo, 2003) : anak prasekolah adalah
anak yang berusia antara 3-6 tahun.
v The National
Association for The Education (Patmonodewo, 2003), istilah
preschool adalah anak antara usia "toodler" (usia dimana anak mulai
berjalan sendiri sampai usia tiga tahun) dan usia masuk kelas satu (biasanya
antara tiga sampai dengan lima tahun).
b. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
menurut beberapa ahli :
v UU No 20 Th 2003, PS. 1, Butir 14 menyebutkan bahwa Pendidikan anak
usia dini (PAUD) adalah "suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membnatu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".
2.
Pendapat Para Ahli
Beberapa pendapat para ahli mengenai
pendidikan pra-sekolah, diantaranya :
a. Friedrick Froebel (1837)
Disebut sebagai Bapak pendidikan anak usia dini.
Friedrick Froebel adalah orang pertama yang membuka sekolah Taman Kanak-kanak
di Jerman. Menurutnya, pendidikan taman kanak-kanak menggunakan metode yang
bersifat belajar sambil bermain. Fungsi guru adalah untuk bertanggung jawab
dalam membimbing dan mengarahkan agar anak menjadi lebih kreatif serta mampu
mengaplikasikan kreativitasnya dalam masyarakat. Model rancangan sekolah
Froebel di kemudian hari mempengaruhi rancangan sekolah di seluruh dunia
(Patmonodewo, 2003)
b. John Dewey
Merupakan tokoh yang mempengaruhi pendidikan di
Amerika. Teori Dewey mengenai sekolah disebut sebagai "progressivism"
yang lebih menekankan pada anak didik dan minat anak daripada matapelajaran
sendiri. Sehingga muncullah istilah "child centered curriculum" dan
"child schools". Gerakan progresif tersebut mempertahankan bahwa
sekolah sebaiknya mempersiapkan anak guna menghadapi kehidupan masa kini bukan
masa yang akan datang yang belum jelas. Kelas-kelas yang mengikuti ide Dewey, akan
menjadikan anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, yang tercermin dalam
kegiatan lari, melompat, dan segala macam gerakan atau aktivitas. Selain itu,
Dewey juga menganggap bahwa belajar adalah kegiatan yang bercorak sosial.
c. Montessori
Sama seperti Froebel, Montessori memandang
perkembangan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Hanya
saja Montessori lebih memandang bahwa persepsi anak terhadap dunia sebagai
dasar dari ilmu pengetahuan. Seluruh indra anak dilatih sehingga dapat
menemukan hal-hal yang bersifat ilmu pengetahuan. Hanya saja, Montessori kurang
menekanakan pada perkembangan bahasa dan sosial serta pada program Montessori
yang tradisional kurang menekankan pada perkembangan kreativitas, musik dan
seni. (Patmonodewo, 2003)
d. Ki Hajar Dewantara
Ciri khas pendidikan anak usia dini adalah budi
pekerti dan sistem among. Bentuknya bukan mata pelajaran, tetapi lebih kepada menanamkan
nilai, martabat kemanusiaan, nilai moral, watak, dan pada akhirnya pembentukan
manusia yang berkepribadian.
Inti dari sistem among adalah :
v Ing ngarso sing tulodo (pendidikan
berada didepan wajib memberikan teladan bagi anak didik),
v Ing madya mangun karso (pendidik
berada ditengah-tengah harus lebih banyak membangun atau membangkitkan kemauan
sehingga anak mempunyai kesempatan untuk mencoba berbuat sendiri) dan
v Tut wuri handayani (pendidik di
belakang wajib memberi dorongan dan memantau agar anak mampu bekeerja sendiri).
3. Perkembangan Kapasitas Intelektual
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dikenal juga
sebagai Pendidikan Fundamental,
hal ini dikarenakan anak yang baru lahir memiliki potensi, baik fisik maupun
non fisik yang harus dikembangkan melalui rangsangan atau stimulus. Perkembangan
intelektual yang terjadi pada anak usia 4 tahun
mencapai 50%, ketika anak
berusia 8 tahun
perkembangan intelektualnya meningkat hingga 80%, dan saat menginjak usia 18 tahun
perkembangan intelektual meningkat hingga genap 100%. (Osborn,
White, dan Bloom)
4.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) dan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD)
Ruang
lingkup anak pra-sekolah dan anak usia dini :
a. Bayi (lahir-12 bulan)
b. Toodler (1-3 tahun)
c. Pra sekolah (3-6 tahun)
d. Awal SD (6-8 tahun)
Hakekat Anak
Usia Dini
a. Usia dari lahir - 8 tahun
b. Proses tumbuh & kembang bersifat
unik
c. Proses tumbuh & kembang
diarahkan pada peletakan dasar yang tepat
Tiga jalur pendidikan anak pra-sekolah
dan pendidikan anak usia dini, diantaranya :
1) Jalur Formal
v Taman Kanak-Kanak (TK),
v Raudhatul Athfal (RA).
2) Jalur Non-Formal
v Taman Bermain (TB),
v Taman Penitipan Anak-Anak (TPA).
3) Jalur
In-formal
v Pendidikan
di keluarga,
v lingkungan.
d.
Metode Pembelajaran Untuk PAPS dan PAUD
Ada beberapa metode yang dapat diterapkan
untuk mengembangkan kesiapan sekolah pada anak pra-sekolah dan anak usia dini.
Metode-metode pembelajaran berikut, merupakan metode pembelajaran yang banyak
direkomendasikan oleh para pakar pendidikan pra-sekolah untuk mengembangkan
kesiapan anak memasuki pendidikan sekolah dasar.
1.
Metode Bermain. Bermain merupakan cara atau jalan
bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka
menjelajahi dunianya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara
menyenangkan. Bermain membantu anak menjalin hubungan sosial antar anak
(Padmonodewo, 2003). Peran guru untuk
menyediakan lingkungan di mana murid-murid dapat bermain bersama menggunakan
beragam bahan yang dirancang untuk memfasilitasi pembelajaran dan perkembangan
mereka (Muijs & Reynolds, 2008).
2.
Metode belajar kooperatif.
Belajar kooperatif mencakup semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk
kerja kelompok yang lebih dipimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru (Muijs
& Reynolds, 2008:89). Contoh, anak-anak ditugaskan untuk menciptakan kelompok,
membuat nama kelompok, bekerjasama menyusun puzzle, dan lain sebagainya.
3.
Metode Sosiodrama, adalah cara yang digunakan dalam
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk ikut ambil bagian di dalam
kegiatan yang mereka nikmati, yang memiliki manfaat pendidikan cukup kuat,
khususnya dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan berbicara anak.
4.
Metode Demonstrasi. Menurut Masitoh, dkk. (2005), metode demonstrasi
dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a) meminta perhatian anak, b)
memperlihatkan sesuatu kepada anak-anak, c) meminta tanggapan atau respon anak
terhadap apa yang mereka lihat dan dengar dengan tindakan dan kata-kata.
5.
Metode Diskusi.
Merupakan metode yang menunjukkan adanya interaksi timbal balik atau multi arah
antara guru dan anak. Diskusi menggabungkan strategi undangan, refleksi,
pertanyaan, dan pernyataan. Guru tidak membimbing percakapan tetapi mendorong
anak-anak untuk mengemukakan gagasannya sendiri dan mengkomunikasikan gagasan
secara lebih luas serta mendengarkan pendapat orang lain. Metode ini dapat
membantu mengembangkan ketrampilan mendengarkan
6.
Metode Problem Solving.
Harlan (1988) dan Hendrick (1997) dan Masitoh, dkk. (2005) mengemukakan bahwa
dalam kegiatan ini anak-anak terlibat secara aktif dalam kegiatan perencanaan,
peramalan, pembuatan keputusan, mengamati hasil tindakannya, sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan anak dalam melakukan
kegiatan pemecahan masalah secara lebih baik. Beberapa contoh masalah yang
dapat dijadikan sebagai bahan pemecahan bagi anak, antara lain: a) masalah
gerakan (berapa cara yang dapat kamu gunakan dari ujung A sampai ke ujung B?);
b) masalah diskusi (apa yang terjadi jika kita sering membuang sampah di
sungai?); dan c) masalah strategi (strategi apa yang kamu perlukan untuk
bermain ular tangga?).
e.
Prinsip Metode Pengajaran
Metode
pengajaran pada anak pra-sekolah dan anak usia dini memiliki beberapa prinsip,
diantaranya :
v Memberikan lingkungan yang nyaman
dan aman.
v Memberikan dukungan terhadap tingkah
laku dan bahasa anak.
v Memberikan bantuan kepada anak
dalam menentukan pilihan dan keputusan.
v Memberikan bantuan kepada anak untuk
dapat menyelesaikan masalah sendiri.
f.
Kesimpulan
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) dan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting bagi anak-anak yang sedang
dalam tahap perkembangan.
Wittrock,
perkembangan anak berkaitan dengan perkembangan struktur otak yang sangat
penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Jadi, peran orangtua
dalam hal ini juga menjadi pendukung dalam proses tumbuh kembang anak sejak
usia dini agar anak menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Daftar
Pustaka