Jumat, 26 April 2013

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN SEKOLAH ANAK PADA PROGRAM PENDIDIKAN PRA-SEKOLAH

Pendidikan Anak Pra-Sekolah dan Pendidikan Anak Usia Dini
Dewasa ini sering kita dengar mengenai Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tapi, pada kenyataannya hal-hal yang sering kita dengar mengenai PAPS dan PAUD tidak berbanding lurus dengan pelaksanaannya. Banyak orangtua yang tidak mengetahui betapa pentingnya pendidikan anak pra-sekolah dan pendidikan anak usia dini. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan anak pra-sekolah dan pendidikan anak usia dini akan lebih memudahkan proses pertumbuhan anak, khususya di bidang intelegensi. Berkembangnya kemampuan berkomunikasi juga berperan dalam meningkatkan kecerdasan berbahasa yang harus dikembangkan sejak dalam kandungan, baik dengan lisan, isyarat maupun simbol-simbol.
Berikut sedikit penjelasan mengenai Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

1.    Pengertian
a.       Pengertian Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) menurut beberapa ahli :
v  Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 Ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin seumur hidup (Patmonodewo, 2003).
v  Biechler dan Snowman (dalam Patmonodewo, 2003) : anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun.
v  The National Association for The Education (Patmonodewo, 2003), istilah preschool adalah anak antara usia "toodler" (usia dimana anak mulai berjalan sendiri sampai usia tiga tahun) dan usia masuk kelas satu (biasanya antara tiga sampai dengan lima tahun).
b.      Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini menurut beberapa ahli :
v  UU No 20 Th 2003, PS. 1, Butir 14 menyebutkan bahwa Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah "suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membnatu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".

2.      Pendapat Para Ahli
Beberapa pendapat para ahli mengenai pendidikan pra-sekolah, diantaranya :
a.      Friedrick Froebel (1837)
Disebut sebagai Bapak pendidikan anak usia dini. Friedrick Froebel adalah orang pertama yang membuka sekolah Taman Kanak-kanak di Jerman. Menurutnya, pendidikan taman kanak-kanak menggunakan metode yang bersifat belajar sambil bermain. Fungsi guru adalah untuk bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan agar anak menjadi lebih kreatif serta mampu mengaplikasikan kreativitasnya dalam masyarakat. Model rancangan sekolah Froebel di kemudian hari mempengaruhi rancangan sekolah di seluruh dunia (Patmonodewo, 2003)
b.      John  Dewey
Merupakan tokoh yang mempengaruhi pendidikan di Amerika. Teori Dewey mengenai sekolah disebut sebagai "progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minat anak daripada matapelajaran sendiri. Sehingga muncullah istilah "child centered curriculum" dan "child schools". Gerakan progresif tersebut mempertahankan bahwa sekolah sebaiknya mempersiapkan anak guna menghadapi kehidupan masa kini bukan masa yang akan datang yang belum jelas. Kelas-kelas yang mengikuti ide Dewey, akan menjadikan anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, yang tercermin dalam kegiatan lari, melompat, dan segala macam gerakan atau aktivitas. Selain itu, Dewey juga menganggap bahwa belajar adalah kegiatan yang bercorak sosial.

c.       Montessori
Sama seperti Froebel, Montessori memandang perkembangan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Hanya saja Montessori lebih memandang bahwa persepsi anak terhadap dunia sebagai dasar dari ilmu pengetahuan. Seluruh indra anak dilatih sehingga dapat menemukan hal-hal yang bersifat ilmu pengetahuan. Hanya saja, Montessori kurang menekanakan pada perkembangan bahasa dan sosial serta pada program Montessori yang tradisional kurang menekankan pada perkembangan kreativitas, musik dan seni. (Patmonodewo, 2003)

d.      Ki Hajar Dewantara
Ciri khas pendidikan anak usia dini adalah budi pekerti dan sistem among. Bentuknya bukan mata pelajaran, tetapi lebih kepada menanamkan nilai, martabat kemanusiaan, nilai moral, watak, dan pada akhirnya pembentukan manusia yang berkepribadian.
Inti dari sistem among adalah :

v  Ing ngarso sing tulodo (pendidikan berada didepan wajib memberikan teladan bagi anak didik),
v  Ing madya mangun karso (pendidik berada ditengah-tengah harus lebih banyak membangun atau membangkitkan kemauan sehingga anak mempunyai kesempatan untuk mencoba berbuat sendiri) dan
v  Tut wuri handayani (pendidik di belakang wajib memberi dorongan dan memantau agar anak mampu bekeerja sendiri).

3.      Perkembangan Kapasitas Intelektual
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dikenal juga sebagai Pendidikan Fundamental, hal ini dikarenakan anak yang baru lahir memiliki potensi, baik fisik maupun non fisik yang harus dikembangkan melalui rangsangan atau stimulus. Perkembangan intelektual yang terjadi pada anak usia 4 tahun  mencapai 50%, ketika anak berusia 8 tahun perkembangan intelektualnya meningkat hingga 80%, dan saat menginjak usia 18 tahun perkembangan intelektual meningkat hingga genap 100%. (Osborn, White, dan Bloom)

4.      Ruang Lingkup Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Ruang lingkup anak pra-sekolah dan anak usia dini :
a.       Bayi (lahir-12 bulan)
b.      Toodler (1-3 tahun)
c.       Pra sekolah (3-6 tahun)
d.      Awal SD (6-8 tahun)

Hakekat Anak Usia Dini
a.       Usia dari lahir - 8 tahun
b.      Proses tumbuh & kembang bersifat unik
c.       Proses tumbuh & kembang diarahkan pada peletakan dasar yang tepat

Tiga jalur pendidikan anak pra-sekolah dan pendidikan anak usia dini, diantaranya :
1)      Jalur Formal
v  Taman Kanak-Kanak (TK),
v  Raudhatul Athfal (RA).
2)      Jalur Non-Formal
v  Taman Bermain (TB),
v  Taman Penitipan Anak-Anak (TPA).
3)      Jalur In-formal
v  Pendidikan di keluarga,
v  lingkungan.

d.       Metode Pembelajaran Untuk PAPS dan PAUD
Ada beberapa metode yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kesiapan sekolah pada anak pra-sekolah dan anak usia dini. Metode-metode pembelajaran berikut, merupakan metode pembelajaran yang banyak direkomendasikan oleh para pakar pendidikan pra-sekolah untuk mengembangkan kesiapan anak memasuki pendidikan sekolah dasar.

1.      Metode Bermain. Bermain merupakan cara atau jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunianya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Bermain membantu anak menjalin hubungan sosial antar anak (Padmonodewo, 2003).  Peran guru untuk menyediakan lingkungan di mana murid-murid dapat bermain bersama menggunakan beragam bahan yang dirancang untuk memfasilitasi pembelajaran dan perkembangan mereka (Muijs & Reynolds, 2008).
2.      Metode belajar kooperatif. Belajar kooperatif mencakup semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk kerja kelompok yang lebih dipimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru (Muijs & Reynolds, 2008:89). Contoh, anak-anak ditugaskan untuk menciptakan kelompok, membuat nama kelompok, bekerjasama menyusun puzzle, dan lain sebagainya.
3.      Metode Sosiodrama, adalah cara yang digunakan dalam memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk ikut ambil bagian di dalam kegiatan yang mereka nikmati, yang memiliki manfaat pendidikan cukup kuat, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan berbicara anak.
4.      Metode Demonstrasi. Menurut Masitoh, dkk. (2005), metode demonstrasi dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a) meminta perhatian anak, b) memperlihatkan sesuatu kepada anak-anak, c) meminta tanggapan atau respon anak terhadap apa yang mereka lihat dan dengar dengan tindakan dan kata-kata.
5.      Metode Diskusi. Merupakan metode yang menunjukkan adanya interaksi timbal balik atau multi arah antara guru dan anak. Diskusi menggabungkan strategi undangan, refleksi, pertanyaan, dan pernyataan. Guru tidak membimbing percakapan tetapi mendorong anak-anak untuk mengemukakan gagasannya sendiri dan mengkomunikasikan gagasan secara lebih luas serta mendengarkan pendapat orang lain. Metode ini dapat membantu mengembangkan ketrampilan mendengarkan
6.      Metode Problem Solving. Harlan (1988) dan Hendrick (1997) dan Masitoh, dkk. (2005) mengemukakan bahwa dalam kegiatan ini anak-anak terlibat secara aktif dalam kegiatan perencanaan, peramalan, pembuatan keputusan, mengamati hasil tindakannya, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan anak dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah secara lebih baik. Beberapa contoh masalah yang dapat dijadikan sebagai bahan pemecahan bagi anak, antara lain: a) masalah gerakan (berapa cara yang dapat kamu gunakan dari ujung A sampai ke ujung B?); b) masalah diskusi (apa yang terjadi jika kita sering membuang sampah di sungai?); dan c) masalah strategi (strategi apa yang kamu perlukan untuk bermain ular tangga?).

e.        Prinsip Metode Pengajaran
Metode pengajaran pada anak pra-sekolah dan anak usia dini memiliki beberapa prinsip, diantaranya :
v Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman.
v Memberikan dukungan terhadap tingkah laku dan bahasa anak.
v Memberikan  bantuan kepada anak dalam menentukan pilihan dan keputusan.
v Memberikan bantuan kepada anak untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri.

f.         Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Anak Pra-Sekolah (PAPS) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting bagi anak-anak yang sedang dalam tahap perkembangan.
Wittrock, perkembangan anak berkaitan dengan perkembangan struktur otak yang sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Jadi, peran orangtua dalam hal ini juga menjadi pendukung dalam proses tumbuh kembang anak sejak usia dini agar anak menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka