Gambaran
Umum Pelatihan
Pelatihan
adalah pengalaman belajar terstrukutur yang dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan menjadi keterampilan
khusus, pengetahuan atau sikap.
Kemampuan tersebut adalah potensi fisik, mental, atau potensi psikologis.
Keterampilan adalah aplikasi/penerapan khusus dari satu atau lebih potensi yang
ada. Sebagaimana orang berbeda dengan
berbagai kemampuan mereka, mereka
mempunyai tingkatan keterampilan yang berbeda yang mereka peroleh dari hasil pelatihan.
Fungsi Pelatihan
Pelatihan
dalam hal ini adalah untuk tujuan mengubah kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman kedalam pekerjaan khusus yang
berhubungan dengan keterampilan. Pelatihan ini menyajikan setidaknya 3
fungsi penting untuk sebuah organisasi.
Pertama adalah pemeliharaan. Memastikan karyawan mengetahui bagaimana melakukan
perkejaan mereka, bagaimana organisasi mengharapkan untuk menyelesaikan
pekerjaannya, dimaksudkan untuk memelihara kinerja karyawan secara keseluruhan
dalam kewajiban yang terbatas untuk memenuhi tujuan.
Fungsi
sosialisasi, program pelatihan untuk menyampaikan kepada karyawan tentang
prioritas, nilai dan norma dalam sebuah
organisasi baik strukturnya dan materinya,
sumber daya yang dimasukkan kedalamnya, menekankan tujuan dan prosedur , besarnya partisipasi
yang mungkin, serta sikap dan keterampilan melakukan pelatihan.
Fungsi
Motivasi. Harapan karyawan bahwa mereka mampu menjalankan pekerjaan dengan
sukses merupakan faktor penting seberapa besar upaya mereka melakukannya dalam
bekerja. Motivasi bisa meningkat jika pelayanan pelatihan juga meningkatkan
ketertarikan karyawan pada pekerjaan mereka atau jika itu dilihat sebagai bantuan untuk kesempatan
meningkatkan posisi di organisasi.
Pelatihan
Sebagai Proses Belajar
Ketika
metode instruksional yang canggih tersedia, yang perlu diingat adalah siapa
yang sedang dilatih. Walaupun teknologi tersedia, merubah perilaku orang pada
cara tertentu, seperti melatih mereka untuk pekerjaan, terdapat pada 3 prinsip
pembelajaran manusia. Ada 3 prinsip pembelajaran, yaitu praktik, umpan balik,
dan penguatan.
·
Practice/praktik
Praktik, yaitu teknik pelatihan dengan mengaplikasikan
semua tingkatan pelatihan dan untuk sebagian tugas pelatihan. Jika praktek yang
sebenarnya tidak bisa dilakukan karena beberapa alasan, praktek mental mungkin
menjadi alteranatif lainnya. Praktek mental adalah melatih tugas dalam pikiran
daripada dengan membuat gerakan fisik secara berlebihan.
Tidak
mungkin menyatakan seberapa banyak praktek, menjadikannya fisik atau mental,
tapi panduan yang dapat digunakan adalah :
-
Pelatihan berulang-ulang menjadi yang
paling efektif untuk keterampilan, atau untuk beberapa tugas yang membutuhkan
orang untuk menanamkan komitmen pada ingatan.
-
Pelatihan distribusi (menyebar dari
waktu kewaktu) menjadi lebih efektif
daripada intensif, sesi pelatihan dalam
satu waktu untuk beberapa tugas.
·
Feedback/umpan
balik
Dalam
artian luas, umpan balik adalah pengembalian informasi, atau diumpan balikkan
tentang sebuah proses, peristiwa, ataupun perilaku yang sudah lewat. Umpan
balik bisa terjadi secara otomatis dan juga instan. Tapi tidak selalu terjadi
dengan cara itu. Komaki, Heinzman, & Laeson melakukan penelitian tentang pelatihan dengan menggunakan umpan balik.
Penelitian mereka menunjukkan sebuah grafik pada 4 pekerjaan yang ada pada
departemen, yang menunjukkan tiga poin yaitu sebelum pelatihan(kemampuan
dasar), pelatihan, dan pelatihan dengan umpan balik. Tujuan pemberian umpan
balik dalam pelatihan adalah memberikan informasi tentang kemajuan dan kinerja
mereka. Sifat umpan balik ditentukan oleh sifat peserta pelatihan, ketika
penampilan mereka bagus, umpan balik yag positif akan membantu untuk menguatkan
perilaku. Jika penampilan tidak memuaskan, umpan balik negatif memberikan
informasi kepada peserta pelatihan tentang perilaku apa yang perlu disesuaikan.
Untuk membantu individu membuat perubahan yang dibutuhkan secara efektif, umpan
balik seharusnya mungkin menjadi spesifik. Idenya adalah untuk membantu
mengembangkan pendekatan yang lebih efektif untuk mempelajari tugas-tugas.
·
Reinforcement/Penguatan
Penguatan
positif telah terjadi ketika perilaku dikuatkan dengan konsekuensi, hasil
positif dari perilaku memperkuat perilaku. Aspek yang penting pada banyak
program pelatihan adalah apakah itu memungkinkan untuk beberapa penguatan
perilaku yang diinginkan, menjadi upaya, kemajuan, atau prestasi keterampilan.
Umpan balik yang positif adalah salah satu bentuk dari penguatan, pujian dan
perasaan dari pencapaian adalah hadiah/reward yang kuat bagi banyak orang.
Kontrak baru pada pelatihan awal kerja, peningkatan upah pelatihan yang
memenuhi standar tertentu, pengakuan secara formal seperti “penghargaan peserta
pelatihan terbaik dalam seminggu”, dan perubahan secara cepat pada paelatihan
adalah sering digunakan sebagai penguatan.
Proses Kognitif dan Pelatihan
Lebih
mengetahui tentang proses ini akan berguna untuk orang-orang yang merancang,
melaksanakan, dan melakukan riset dalam pelatihan dalam organisasi. Contoh
berikut diadaptasi dari diskusi oleh Howell dan Cooke (1989).
·
Proses
Automatis/automatic processing
Pelatihan
orang untuk bekerja termasuk pekerjaan termasuk pencampuran dari tugas-tugas
yang rutin maupun tidak rutin yang
ditingkatkan oleh peserta pelatihan yang mempraktikkan element yag rutin dari awal hingga mereka
dapat melakukannya hingga mahir ( Automatic).
·
Metakognisi/metacognition
membantu
peserta pelatihan untuk mengatur kemajuan masing-masing dan mengevaluasi apa
yang mereka ketahui dan tidak ketahui dapat membuat pembelajaran lebih efektif.
·
Model
Mental/mental models
Penelitian
kognitif membuatnya jelas bahwa gambaran mental yang akurat dari materi untuk
menjadi fasilitas yang dipahami dalam tugas-tugas pelatihan.
Apa yang Dibutuhkan dalam Pelatihan
Organisasi?Pegawai baru harus dilatih untuk
melaksanakan tugas mereka . Dalam beberapa kesempatan hal tersebut dibutuhkan
untuk memberikan penyegaran bagi pegawai yang kinerjanya merosot.Pelatihan
kembali disarankan dengan menggunakan tehnologi terbaru , Seperti pada IBM atau
pertukaran dalam tugas-tugas yang diberikan.
Organisasi
sebaiknya menyediakan pelatihan pengembangan pegawai untuk membantu pegawai
meraih karier atau tujuan yang potensial.
Ada
banyak alasan untuk melakukan perubahan . Perampingan sering
membuat personil yang tersisadengantugas pekerjaandan tanggung jawabsemakin
banyakdan wajib memperoleh keterampilanbaru mereka. Rekayasa
ulangalatkerjadan metodeperubahandapat membuatketerampilan kerjayang diperoleh
sebelumnyamenjadi lebih baik.
Sebelum memulai perencanaan
pelatihan ini, kita perlu mencari tahu pelatihan apa yang diperlukan dan apa
saja yang ingin dicakup. Apabila pelatihan merupakan penugasan organisasi, maka
perlu mendiskusikannya dengan pelaksana organisasi untuk membuat fokus dan
konten pelatihan yang akan memenuhi ketentuan. Apabila merencanakan
penyelenggaraan pelatihan sendiri, maka perlu menanyakan kepada para kolega dan
para calon pesertanya tentang apa yang mereka inginkan. Tergantung dari jenis pelatihan
yang dipertimbangkan, konsultasinya dapat beragam dari penelitian pasar yang
mendalam termasuk wawancara-wawancara dan pertanyaan-pertanyaan hingga
komunikasi informal pada pertemuan-pertemuan profesi. Sebelumnya mungkin sesuai
untuk suatu program pelatihan utama seperti suatu kursus pembelajaran jarak
jauh. Kadang-kadang kita hanya dapat menilai kebutuhan pelatihan tersebut
dengan membuat program penyelenggaraan, mengiklankannya, dan melihat respon apa
yang anda terima.
Ini penting untuk mengingat bahwa
pelatihan tidak hanya untuk orang-orang yang tidak memiliki pengalaman atau
keahlian dalam bidang pelatihan. Pelatihan juga dapat ditujukan untuk para
praktisi yang perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, misalnya
pada saat standar-standar atau peraturan-peraturan baru sudah diperkenalkan.
Initial Job Training
Dalam
Initial Job Training atau Pelatihan awal pekerjaan terdapat pemikiran mengenai 4 pertanyaan dasar yang
harus benar-benar diperhatikan sebelum melakukan pelatihan .
Antara
lain :
1.
Apa saja yang harus diajarkan?
2.
Dimana pelatihan tersebut harus dilakukan ?
3.
Metode instruksional apa yang harus dilakukan ?
4.
Bagaimana Pelatihan tersebut dilaksanakan ?
Keempat
hal tersebut adalah yang mendasari pemikiran seorang trainer untuk melakukan
pelatihan.
·
Apa
saja yang harus diajarkan?
Initial job training bergantung pada besarnya
perbedaan antara apa yang dapat dilakukan oleh pegawai dan apa yang akan mereka
lakukan nantinya dalam dunia organisasi. Ketika perbedaannya sedikit ,pelatihan
bisa dibatasi untuk mengakrabkan pegawai dengan organisasi dan dengan metode
tersebut, Pegawai dapat mengetahui peluang apa yang akan mereka dapatkan dan
kendala apa yang akan mereka hadapai dalam dunia pekerjaan nantinya .Pembatasan
pelatihan pekerjaan juga diaplikasikan jika pegawai baru adalah pegawai yang
tidak tetap. 1 alasan organisasi menggunakan tempo dalam mempekerjakan
pegawainya adalah salah satunya untuk mengurangi pelatihan , sehingga perbedaan
apa yang dapat dilakukan oleh si pegawai dan apa yag akan dilakukan nantinya
didalam organisasi bisa relatif lebih kecil.Namun jika pekerjaan baru tersebut
adalah reka ulang dari pekerjaan yang lama dan perbedaan yang terjadi cukup
besar dalam perekrutan , maka kebutuhan dalam pelatihan akan lebih ekstensif.
·
Dimana
pelatihan dilakukan?
Ada 3 lokasi dimana pelatihan organisasi dapat
dilakukan , dimana ketigahak itu memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing, yaitu :
1.
On the Job training
On the job
training adalah suatu bentuk pembekalan yang dapat mempercepat proses
pemindahan pengetahuan dan pengalaman kerja / transfer knowledge dari karyawan
senior ke junior. Pelatihan ini langsung menerjunkan pegawai baru bekerja
sesuai dengan job description / jobdesc masing-masing di bawah supervisi / pengawasan
penyedia atau karyawan senior. Namun,
jika pelatih tidak menemukan waktu untuk menentukan apakah peserta pelatihan telah memahami keterampilan
tertentu atau konsep dan tidak memberikan waktu yang cukup untuk umpan balik,
maka itu juga bisa membuat on the job training membuang-buang waktu.
2.
On site training
On
site training adalah pelatihan dimana pegawai akan di training di lokasi
perusahaan tetapi tidak di lokasi pekerjaan atau di jobdesc masing-masing. Organisasimemilikikontrol lebih besar ataskualitas pelatihankarena
pelatihanonsitebiasanyadilakukan olehpelatihpenuh waktu.Disamping itu kerugian
dari on site training adalah biaya yang mahal pada saat melakukan training
tersebut , selain itu keuntunganlain daripelatihanonsitedatang dari memilikiinstruktur"captive".
3.
Off-site training
Secara umum, pekerjaan lebih
langsung terkait aktivitas tersebut lebih bahwa "di tempat" memiliki
keuntungan dari pembelajaran bergaul dengan tempat kerja. Untuk kegiatan
pembangunan dalam persiapan untuk peran masa depan maka off-site mungkin
terbukti lebih menguntungkan. Sebagian besar program pelatihan yang sekarang
dijalankan diperusahaan karena meningkatnya tekanan pada perusahaan untuk
memotong biaya, terutama yang terkait dengan perjalanan waktu dan biaya yang terkait.
Beberapa keuntungan dari pelatihan
yang diselenggarakan off-site :
-Mengurangi gangguan
-Mengurangi potensi peserta akan berjalan di akhir karena pertemuan sebelumnya berjalan panggilan telepon akhir berjalan panggilan telepon akhir
-Mengurangi gangguan
-Mengurangi potensi peserta akan berjalan di akhir karena pertemuan sebelumnya berjalan panggilan telepon akhir berjalan panggilan telepon akhir
-Mampu lebih baik untuk fokus pada
“kebutuhan”
Kerugian
dari Off-site training adalah :
Perusahaan
tidak bisa mengkontrol kualitas dari pegawai yang dilatih oleh orang dari luar
perusahaan tersebut, Selain itu pelatih juga bisa dapat kehilangan keabsahan
dari pelatihan itu sendiri.
4.
Choosing
training site
Deskripsi
laporan singkat dari 3 lokasi utama sebelumnya didasari pada keuntungan dan
kerugian karena tidak ada aturan yang keras untuk ketiga alternatif diatas.
Setiap organisasi harus mempertimbangkan situasi yang ada. Jika analisa dari
kebutuhan pelatihan menunjukkan individu yang tidak berpengalaman membutuhkan
sedikit pelatihan untuk pekerjaan mereka maka , on the job training adalah hal
yang paling tepat bagi mereka . Beberapa faktor lain juga patut dipertimbangkan.
Pemilihan lokasi pelatihan bisa ditentukan oleh beberap faktor . Faktanya ,
organisasi harus mempertimbangkan konsekuensi dari kesalahan hasil selama
pelatihan.
Metode
Instruksional Apa yang Harus Dilakukan?
Tujuan dari pelatihan awal pekerjaan adalah memberikan
pegawai kemampuan dan pengetahuan yang akan mereka butuhkan untuk sukses dalam
pekerjaan nantinya. Memutuskan apa saja keahlian, pengetahuan dan dimana
pelatihan dilaksanakan adalah langkah pertama yang harus dilakukan tetapi inti dari program pelatihan adalah
metode instrusional , atau tehnik dasar pengajaran dari situasi pelatihan
tersebut . Ada banyak kemungkinan , namun yang akan kita review berikut adalah
hal yang paling sering digunakan dalam pelatihan kerja . Hal tersebut dibagi
dalam 3 kategori , yakni :
-
Nonparticipative Instructional Methods
-
Individual Participatice instructional
Methods
-
Group Participative
·
Nonparticipative
Instructional Methods
NIM
adalah metode dimana peran trainer adalah sebagai penerima informasi pasif.
Informasi tersebut diuraikan melalui dokumen , tempat kuliah , bantuan visual ,
material tertulis atau kombinasi dari pilihan tersebut. Metode ini relatif
murah , menyediakan standarisasi material dan dapat digunakan untuk banyak
peserta pelatihan dalam satu waktu. Berlawanan dengan kuntungan
Nonparticipative training methods adalah fakta bahwa ketika mereka digunakan ,
Metode ini kekurangan 3 dari karakteristik dari pelatihan . Tidak ada praktek
langsung , feedback hanya didapat dari test yang dilakukan , dan penguatan
hanya dapat dillihat dari nilai bagus yang didapatkan apabila mereka
diterima.Pada akhirnya , Nonparticipative training methods tepat digunakan
apabila peninjauan dari rencana pelatihan dan aktivitas pelatihan dibutuhkan
sebelum pelatihan yang sebenarnya benar-benar terjadi.
·
Individual
Participative Instructional Methods
Ada
4 metode yang umum digunakan dalam individual Participative Instructional
Methods yaitu :
1. Programmed
Instruction
PI ( Programmed Instruction) mulanya terkenal di
dalam bentuk alat-alat yang berhubungan dengan mesin yang disebut dengan
pengajaran mesin yang mempelajari stimulus dan feedback pada pelajar. PIbiasanyaterdiri dari mengajar denganbantuan
sebuahbukukhususatau mesinpengajaranyang menyajikanmateriterstrukturdalam
urutanlogis danempirisdikembangkanatau urutan. Instruksi
yang diprogramkandapatdisajikan olehpelatih juga,dantelah
berpendapatbahwaprinsip-prinsipinstruksi yang
diprogramkandapatmeningkatkankuliah pelatihan PImemungkinkan
siswauntuk memiliki kemajuan
melaluisebuah unit belajarpada tingkatmereka sendiri, merekamemeriksajawabansendiri
danmajuhanya setelahmenjawabdengan benar. Dalamsalah
satubentuk yang disederhanakandariPI, setelahsetiap
langkah, merekadisajikan dengansebuah pertanyaanuntuk
mengujipemahaman mereka, kemudiansegeramenunjukkanjawaban
yang benaratau diberikaninformasi tambahan. Namuntujuan
dariprogrampembelajaranadalah untuk menyajikanmaterisecara bertahapsangat kecil. Bentuk-bentukyang lebih
canggihdariinstruksi yang diprogramkanmungkin memilikipertanyaan atau
tugasdiprogramcukup baikbahwapresentasi danuji model-ekstrapolasi
dari instruksitradisional danklasik-belum tentu memanfaatkan.
2. Computer-Assisted
Instruction
Menggunakan Computer-Assisted
Instruction(CAI) atau komputer berbasis
instruksi (CBI) adalah kasus-kasus di mana instruksi disajikan
melalui program komputer untuk siswa pasif, atau komputer
adalah plat form untuk lingkungan yang interaktifdan personalpembelajaran.Dalamdefinisi yang luas, komputer-dibantu instruksidapat mengikutijalan yang
berbedauntuk tujuan yang sama. Salah satucontohnya
adalahbagaimana komputer-dibantu instruksiyang
digunakandalam kaitannya denganpresentasipengajaranlainnya. CAIdapat digunakanbaik dalam isolasi, punya
tanggung jawabkeseluruhan untukmenyampaikaninstruksikepada siswa, ataudalam kombinasi dengankonvensional, yaitu,
tatap muka-, metode
pengajaran. Penelitian telah menunjukkanbahwakombinasi
dariinstruksikonvensionaldanCAItelahpaling efektifdalam
meningkatkannilaiprestasi siswa.CAI adalah adalah
teknikinstruksionalinteraktifdimanakomputerdigunakan untukmenyajikanmateri
pembelajarandan memantaupembelajaran yangberlangsung.
Menurut Bright (1983: 144-152), bila dibanding dengan
pendekatan pengajaran tradisional, CAI sangat efektif dan efisien.
Peserta pelatihan akan belajar lebih cepat, menguasai materi pelajaran lebih
banyak dan mengingat lebih banyak dari apa yang sudah dipelajari. Dalam studi
meta analisisnya terhadap hasil-hasil penelitian tentang efektifitas CAI selama
25 tahun, Kulik dkk.(1980: 525-544) menyimpulkan bahwa:
a.
Peserta belajar lebih banyak materi dari komputer (melalui CAI)
b.
Peserta mengingat apa yang telah dipelajari melalui CAI lebih Lama
c. Peserta
membutuhkan waktu lebih sedikit
d.
Peserta lebih betah di kelas
e.
Peserta memiliki sikap lebih positip terhadap komputer
Richard
Clark (1983: 445-549) mengkritik bahwa program pengajaran seperti CAI bisa
saja efektif tetapi dengan hanya menempatkan materi pelajaran kedalam komputer
secara asal, tidaklah akan meningkatkan efektivitas pengajaran. Untuk
memperoleh efektifitas yang tinggi, pengembangan suatu CAI perlu
perencanaan yang matang.CAI yang dibuat secara asal jadi tidak akan
meningkatkan efektifitas belajar bagi pemakainya. Jadi suatu CAI bisa
saja menjadi alat bantu pengajaran yang sangat baik tetapi bisa juga
sebaliknya. Oleh karena itu Simonson dan Thompson (1994:53) menyarankan agar
pembuatan CAI harus direncanakan dengan baik dan usaha penelitian saat
ini sebaiknya difokuskan pada pemakaian CAI untuk situasi khusus dan untuk
mata pelajaran khusus pula.
3. Simulation Training
Simulation training adalah media
maya di mana berbagai jenis keterampilan dapat diperoleh. Pelatihan simulasi
dapat digunakan dalam berbagai macam genre. Namun yang paling sering digunakan
dalam situasi perusahaan untuk meningkatkan kesadaran bisnis dan manajemen
keterampilan. Mereka juga sering terjadi pada lingkungan akademik sebagai
bagian terintegrasi dari program studi bisnis atau manajemen.Simulation
Training menyiratkan tiruan dari proses kehidupan nyata, biasanya melalui
sebuah komputer atau perangkat teknologi lainnya, dalam rangka memberikan
pengalaman hidup. Hal ini telah terbukti menjadi metode yang sangat handal dan
sukses pelatihan dalam ribuan industri di seluruh dunia. Mereka dapat digunakan
baik untuk memungkinkan spesialisasi di daerah tertentu, dan untuk mendidik
individu dalam kerja sektor secara keseluruhan, membuat simulasi pelatihan
sangat serbaguna. Adalah penting untuk menekankan bahwa simulasi pelatihan
tidak hanya game, Tujuan mereka adalah
untuk mendidik dan menginformasikan dengan cara yang menarik dan mengesankan,
bukan semata-mata untuk menghibur.Simulasimenawarkankemampuanpeserta
didikuntuk belajardalam lingkunganyang realistisdi mana merekadapatmenerapkan
pengetahuandan keterampilantanpatakutimplikasi pada dunia nyata.
Empat contoh simulasipenawaran produk-Hi-fidelity Simulators, TOPSIM, PlaySim, danSimBLs-diklasifikasikan sepanjang duadimensi: pelatihankontendan kompleksitasdesain.
Empat contoh simulasipenawaran produk-Hi-fidelity Simulators, TOPSIM, PlaySim, danSimBLs-diklasifikasikan sepanjang duadimensi: pelatihankontendan kompleksitasdesain.
4. Job
Rotation
Job Rotation adalah teknik manajemen
yang memberikan peserta pelatihan untuk berbagai pekerjaan dan departemen
selama beberapa tahun. Survei menunjukkan bahwa peningkatan jumlah perusahaan
yang menggunakan rotasi pekerjaan untuk melatih karyawan.
Ada dampak positif dan negatif yang
terlibat dengan rotasi pekerjaan yang perlu dipertimbangkan ketika perusahaan
membuat keputusan untuk menggunakan
teknik ini. Rotasi pekerjaan juga merupakan kontrol untuk mendeteksi
kesalahan dan penipuan. Ini mengurangi risiko kolusi antara individu. Organisasi
berhadapan dengan informasi sensitif atau sistem (misalnya bank) di mana ada
kesempatan untuk keuntungan pribadi bisa mendapatkan keuntungan dengan rotasi
pekerjaan. Rotasi pekerjaan juga membantu dalam kelangsungan bisnis
sepertibeberapa orang yang sama-sama dilengkapi untuk melakukan fungsi
pekerjaan. Jika seorang karyawan tidak tersedia lainnya dapat menangani /
posisinya dengan efisiensi yang sama.
Sisi Positif
Rotasi
Pekerjaan pada sisi positif membawa seorang karyawan pada teman kerja /pengalaman
/ kemampuan yang baru. Dengan bertambahnya tingkat kemampuan dari seorang
karyawan, maka perusahaan setidaknya dapat mengurangi terjadinya penyakit
“kehilangan ingatan”. “Hilang Ingatan” ini sebenarnya adalah istilah yang di
dapat dari Harvard Business Review dimana dengan perginya seorang
karyawan berkompenten, perusahaan menjadi tidak mampu menjalankan sebuah system
yang dipegang karyawan tersebut karena tidak memiliki pengganti. Rotasi
pekerjaan dalam wacana keamanan juga membawa sebuah sisi positif. Karyawan baru
yang ditempatkan untuk menggantikan karyawan lama mungkin dapat mendeteksi
adalah tindakan kriminal yang dilakukan karyawan lama.Ada sisi positif lainnya
tetapi ini lebih dilihat dari individu tersebut, contohnya adalah perpindahan
seorang karyawan karena memiliki masalah dengan partner atau atasan (dengan
perpindahan ini, tensi tinggi dapat dikurangi sehingga stess menurun).
Sisi Negatif
Dari sisi negatif, rotasi
pekerjaan yang berlebihan dapat menimbulkan masalah keamanan. Apakah baik untuk
membiarkan seseorang mengetahui seluruh proses dalam satu perusahaan? Saat
seorang berpindah dari satu departemen menuju departemen lainnya, dia akan
membawa banyak “password” dari departemen lamanya. Ada baiknya
karyawan tidak berpindah antar departemen dimana departemen-departemen tersebut
saling mengawasi proses bisnis yang lain. Hal ini dapat dicegah jika akses
karyawan pada departemen lama langsung ditutup tetapi terkadang menjadi masalah
bila beberapa orang memakai satu system user yang sama.
Group
Participative Instructional Methods
Keunikan dari Group Participative
Instructional Methods adalah peserta pelatihan berinteraksi satu dan lainnya
dari alat-alat ataupun pelatih.Hal ini mempertimbangkan peningkatan pelatihan ,
tetapi juga memasukkan unsur keragu-raguan kedalam pelatihan tersebut.Setiap
kelompok pesera pelatihan berbeda dengan kelompok lainnya , sehingga apa yang
terjadi tidak dapat diprediksi . Agar lebih efektif pelatih harus dapat
memahami dinamika kelompok sebaik metode yang diberikan.
·
Teknik Diskusi
Beberapa teknik instruktusional
sekitar kelompok mendiskusikan beberapa subjek , seperti analisisis studi kasus
. Peserta pelatihan diberi fakta dari masalah organisasi dan mereka bekerja
sesuai issu dan juga bersamaan dengan pertanyaan. Masalah bisa saja benar-benar
terjadi dalam suatu kelompok tersebut atau dikempangkan sesuai dengan keperluan
pelatihan tersebut. Hal yang didiskusikan jauh lebih penting dibanding
potensial pemikiran dan diskusi untuk membuat poin dasar. Peserta pelatihan tidak
hanya belajar untuk mempertimbangkan
fakta dari situasi yang diberikan , tetapi juga mengidentifikasi informasi
penting yang hilang. Selain itu, perbedaan opini dan perbedaan penyelesaian
masalah dari berbagai mascam kelompok
memperluas pandangan dan mengajarkan pelajaran penting.
·
Role playing And Behaviour Modelling
Role playing awalnya dikempangkan
guna psikoterapi oleh J.B moreno. Teknik ini dinamai psikodrama oleh
moreno,diaplikasikan kedalam dunia bisnis pertama kali pada Macy’s department
store di New York tahun 1930-an.Dalam role playing ini orang-orang dibuat
seolah-olah berada dalam dunia kerja yang sebenarnya. Role playing adalah salah
satu cara untuk membuat pelatihan
menyelesaikan suatu masalah dan kemampuan interpersonal lebih nyata .
Ada 4 langkah utuk mengaplikasikan
teori ini dalam pelatihan pekerjaan yang dideskripsikan oeh moses.
1. Modelling ( Menirukan ) yaitu
peserta memperhatikan aktor dalam video atau langsung menangaini masalah atau
berkomunikasi dengan cara yang diinginkan dan efektif .Perilaku kunci untuk
keberhasilan metode ini adalah berhasil disoroti .
2. Rehearsal yaitu peserta
mempraktekkan perilaku seperti model.
3. Feedback yaitu pelatih dan peserta menyediakan
feedback pada latihan perilaku , penguat yang diberikan oleh anggota kelompok
lain adalah hal yang penting dalam tahap ini.
4. Transfer of Training . Peserta
pelatihan dikuatkan dan ditindak lanjuti dalam tempat kerja dan peserta dipaksa
untuk menerapkannya secara benar .
·
Videoconfrence Training
Salah satu dari metode instruksional
yang baru adalah videoconfrence training . Komunikasi dua arah yang
dikembangkan untuk memfasilitasi pertemuan bisnis antara 2 orang yang berbeda
lokasi , videoconfrence menyatukan 2 orang melalui line telefon , komputer ,
video kamera dalam waktu interaksi .
Kesimpulan
Pelatihan
Perbedaan di antara ketiga metode
pelatihan dasar ini yang berhubungan dengan kesempatan yang ditawarkan untuk
berlatih , umpan balik , dan dorongan ,untuk berperilaku sesuai yang diinginkan
. Perbedaan tersebut merupakan perbedaan dalam bidang kemampuan. Kemampuan ini
dapat diubah secara besar-besaran dengan cara penerapan sebuah metode dan
dengan keterampilan seorang pelatih.Perbedaan yang paling besar diantara
potensi dan aktualitas dalam hubungannya dnegan efektivitas pelatihan mungkin
terjadi dalam metode partisipasi kelompok .
Namun dalam analisis terakhir interaksi antara calon
karyawan dan situasi pelatihanlah yang akan menentukan keberhasilan pelatihan
seseorang.Ada orang yang belajar dari segala macam program namun ada juga yang
tidak .
Bagaimana
Mengevaluasi Keberhasilan Pelatihan?
Pelatihan kerja menjadi
usaha yang mahal. Karena peralatan, materi, ongkos pelatih, upah calon karyawan
yang belum produktif, penanaman modal yang hilang bila karyawan mengundurkan
diri tidak lama selesai menjalani pelatihan. Dengan adanya hal-hal tersebut,
cara tertentu untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan harus menjadi bagian
dari setiap program. Evaluasi ini dapat di buat berdasarkan kriteria dalam atau
kriteria luar.
Kriteria dalam untuk
mengevaluasi pelatihan adalah keefektifitasan pelatihan yang dibuat selama
periode pelatihan. Contohnya test formal pengetahuan calon karyawan dan
keterampilan, dan dinilai oleh pelatih mengenai perkembangan peserta latihan
dan kinerja. Kriteria luar untuk mengevaluasi pelatihan merupakan pengukuran
sejauh mana prosedur pelatihan kerja menghasilkan perilaku kerja yang di
inginkan. Keefektivan pelatihan dapat dilihat dari sejauh mana pelatihan
beralih menjadi pekerjaan yang merupakan pengukuran kriteria luar.
Evaluasi
Calon Karyawan tentang Pelatihan
Evaluasi peserta
tentang pelatihan biasanya dibuat berdasarkan kuisioner. Kuisioner ini berisi
mengenai pendapat mereka tentang kualitas dan keefektivan prosedur pelatihan,
materi, dan metode;perasaan puas atau tidak puas mereka dengan pengalaman
pelatihan, dan peringkat mereka sejauh mana mereka mendapat pengetahuan atau
keterampilan melalui pelatihan.
Di dalam organisasi,
pendapat dan perasaan peserta mengenai pelatihan biasanya dinilai dengan cara
yang bersifat memberikan satu kali daftar pertanyaan pada kesimpulan pelatihan. Penilaian terhadap
diri sendiri juga dapat dilakukan. Singkatnya, peserta pelatihan dapat
diberikan kuisioner yang sama tentang tingkat keterampilan tertentu atau
pengetahuan, yang di berikan dua kali yaitu sebelum dan sesudah pelatihan.
Kita dapat melihat
contoh melalui contoh gambar 5-2. Penilaian peserta tentang keterampilan
komunikasi sebelum dan sesudah pelatihan sangat berbeda dalam hal yang
berkaitan dengan keterampilan mendengar.
Dari data- data tersebut pelatih
dapat mengetahui cara yang paling efektif tetapi ada beberapa masalah jika kita
menggunakannya untuk mengevaluasi pelatihan secara keseluruhan. Masalahnya
adalah sebagian besar calon akan menilai keterampilan mereka secara berbeda
sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan karena mereka tahu lebih banyak tentang
keterampilannya sesudah pelatihan. Kecenderungan ini, dinamakan bias
penggeseran-tanggapan (response-shift bias). Namun, kecenderungan tersebut
dapat berguna untuk pengembangan karyawan karena cara orang memandang
keterampilan dan pengetahuannya sendiri dapat berpengaruh kepada prestasi
kerja.
Evaluasi Organisasi tentang
Pelatihan
Sebagian besar metode
pelatihan diakui efektif di dalam keadaan yang tepat, tetapi orang di dalam
organisasi ingin mengetahui apakah pelatihan tersebut mencapai tujuan dari
keadaan tersebut, apakah keuntungan dari pelatihan tersebut lebih besar
daripada pengeluaran. Jawabannya adalah bergantung kepada prestasi kerja dari
orang yang dilatih dapat meningkatkan produktifitas organisasi. Sejumlah faktormempengaruhitransferpelatihan untukpekerjaan, oleh
karena itu, sangat mungkin untuk dilakukan pemeriksaan keterampilan dan
pengetahuan calon karyawan dengan cara kriteria dalam/internal yaitu tes atau
evaluasi pelatih.
Apakah Pelatihan Jauh Lebih Efektif
daripada Tanpa Pelatihan?
Jika
pelatihan kerja cukup baik diterapkan dalam organisasi, maka karyawan baru yang
telah mengikuti pelatihan harus lebih menonjol dalam hal tertentu daripada yang tidak mengikuti pelatihan.
Karyawan yang telah mengikuti pelatihan formal harus menunjukkan satu atau
lebih hal-hal berikut ini, daripada karyawan yang tidak ikut pelatihan :
·
Membuat sedikit
kesalahan dalam bekerja
·
Lebih sedikit
mengalami kecelakaan kerja
·
Harus
melaksanakan pekerjaan dalam kualitas yang tinggi
·
Mereka bertahan
lebih lama dalam perusahaan
·
Harus lebih
cepat produktif
Korporasi
penjualan pelatih untuk R.R.Donnelley&Sons, dengan bantuan dari perusahaan
konsultan psikologis, diikutistrategidasar ilmiah mencari tahujika
pelatihanlebihefektif daripadatanpa pelatihan.Strategi ini
merupakan percobaan lapangan (atau studi lapangan) di mana beberapa aspek
perilaku kerja karyawan yang memiliki pelatihan formal dibandingkan dengan
perilaku kerja karyawan yang tidak memiliki pelatihan. Pada Donnelly, dasar
perbandingannya adalah jumlah berapa banyak bisnis yang didapatkan oleh para
penjual. Singkatnya, mungkin peneliti
melihat jumlah panggilan, volume penjualan, atau evaluasi oleh manajer
atau pelanggan.
Tujuan dalam melakukan penyelidikan
ini adalah untuk menghilangkan pengaruh faktor-faktor bukan pelatihan sebagai
timbulnya perbedaan antara orang yang dilatih dan tidak dilatih. Mereka yang
dipilih untuk penyelidikan ini diberikan tugas secara acak dalam kelompok yang
memperoleh pelatihan(eksperimen) dan yang tidak diberi pelatihan (kontrol).
Kelompok kontrol harus memeliki pengalaman yang dimiliki oleh kelompok
eksperimen, kecuali pelatihan. Mereka harus menerima orientasi yang sama ke
perusahaan dan diberikan test terlebih dahulu tentang pengetahuan kerja dan
keterampilan untuk mewujudkan baris dasar guna mengetahui perubahan.
Penelitian Weitz dan Adler (1973)
yang dirangkum dalam bab “Spotlight on Research atau Penyorotan terhadap
Penelitian” menggambarkan secara jelas mengapa harus berhati-hati dalam memilih
kelompok kontrol ketika mengevaluasi efektivitas pelatihan. Tanpa kelompok
demikian, para peneliti akan kehilangan penemuan yang terpenting yaitu hanya
dengan sedikit berlatih, orang yang tidak terlatih akan berpenampilan lebih
baik daripada orang yang terlatih.
Apakah Dana
Pelatihan Efektif?
Jika hasil evaluasi menunjukkan
bahwa karyawan yang mendapat pelatihan formal memiliki kelebihan tertentu daripada yang tidak
mendapat pelatihan, timbul pertanyaan apakah hal itu cukup bernilai? Pelatihan
yang mahal hanya menunjukkan sedikit pengaruh daripada yang tidak mendapatkan pelatihan
merupakan hal yang tidak efektif dari segi dana yang dikeluarkan.
Disisi lain apakah itu bernilai atau
tidak? Pertanyaan tentangpelatihanadalah
apakahhasildariprogram tertentudapatmencapai atau melampauidengan cara yang
berbedadan lebih murah, mungkin dengan
menyiapkanpelatihansecaraberjenjangsesuai dengansumber daya yang dibutuhkan.
Pelatihandapat dimulai denganmateri danfilm, beralih kemodelperilaku, dan
akhirnyaberkembang menjadiindividu yang diawasi oleh pelatihan.
Transfer
Pelatihan dan Efektivitas Pelatihan
Transfer of Training
menunjukkan bahwa apa yang dipelajari
dalam pelatihan ditransferkan dalam dunia yang nyata.
Jika menggunakan pendekatan IPO
(input-process-output), hasil dari proses-proses yang mendahului transfer of learning
adalah inputbagi
proses transfer
of learning dan karena itu mempengaruhi kualitas hasil dari transfer of training. Dengan asumsi bahwa proses transfer of training
telah dipersiapkan secara baik, secara teoritis dan konsep dapat dihipotesakan
bahwa jika kualitas proses-proses yang mendahului proses transfer of training
baik, maka tingkat keberhasilan transfer of training akan meningkat dan kualitas hasilnya
juga akan baik.
Proses dan hasil dari transfer of training
tidak hanya dipengaruhi oleh proses-proses inti yang mendahului proses transfer of training.
Proses inti Manajemen SDM seperti rekruitmen dan seleksi, sistem penilaian
kinerja, manajemen penggajian dan bahkan budaya perusahaan dapat mempengaruhi
kualitas hasil transfer
of training. Karena keberhasilan dari proses transfer of training
sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, maka penting untuk menempatkan
proses transfer
of training tidak hanya sebagai bagian proses-proses inti dari
sistem pelatihan dan pengembangan SDM, melainkan juga sebagai bagian dari
Manajemen SDM.
Menurut Baldwin dan Ford (1988),
ada tiga faktor yang mempengaruhi proses transfer of training, yaitu
karakteristik peserta pelatihan (21%), desain pelatihan (36 %) dan lingkungan
kerja (43%). Sementara Wexley dan Latham (1991) berpendapat bahwa faktor-faktor
organisasi seperti kebijakan penggajian, sistem promosi, dan lingkungan
internal organisasi mempengaruhi keberhasilan proses transfer of training.
Wexley dan Latham juga menyebutkan pengaruh variabel sosial seperti rekan
kerja dan dukungan dari atasan terhadap proses dan keberhasilan transfer of training.
Employee
Development Training
Pengembangan
karyawan mengacu pada semua kegiatan organisasi yang bertujuan untuk membantu karyawan menjadi sukses dengan
meningkatkan karir mereka yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan
dan menghilangkan hambatan untuk keberhasilan mereka.
Kegiatan ini dapat mencakup beberapa
pelatihan untuk mempertajam keterampilan terhadap pekerjaan sekarang, tetapi dari pelatihan
perspektif pengembangan karyawan tersebut akan khusus mempersiapkan seorang
individu untuk melanjutkan pekerjaannya.
Berlawanan dengan itu, initial
job training bertujuan untuk
mencapai kinerja yang lebih baik bagi
organisasi.
Yang dilihat dalam pengembangan ini
adalah dirinya sendiri,dan pandangan untuk kedepannya. Beberapa program tidak
diragukan dalam membantu beberapa peserta, karena mereka tidak didasarkan atas
penaksiran dari kebutuhan perkembangan dari individu yang terlibat. Akan lebih
akurat jika aktivitas ini disebut human
resource development karena tujuan mereka adalah untuk meningkatkan level
kemampuan dan pengetahuan dari setiap anggota Organisasi.
Agar
tetap konsisten dengan pengertian “Employee
development” mereka harus didasarkan dalam sebuah analsis dari apa yang pribadi kariawan butuhkan dan
inginkan agar dapat sukses dalam karirnya. Hasil analisis ini akan mengungkap
hambatan-hambatan, seperti kemampuan dan pengetahuan yang sudah lama , masalah
pribadi , masalah kesehatan, atau kurangnya informasi yang relevan mengenai
karirnya dan bagaimana mengejar kurangnya informasi itu. Tiga pengertian Luas
dari pengembangan aktifitas karyawan untuk membantu mengatasi hambatan tersebut
adalah : career development,skill and
knowledge enhancement, and personal counseling.
CAREER DEVELOPMENT
Sekarang
ini, career development mengacu pada
organisasi yang disponsori kegiatan yang dirancang untuk membantu karyawan
dalam menentukan dan memenuhi tujuan karir mereka. Kegiatan tersebut antara
lain : career counseling (seperti karyawan yang berpotensi tinggi yang buntu
dalam pekerjaannya),career pathing ( seperti perencanaan deret pekerjaan untuk
karyawan yang ingin maju) dandistribusiinformasikarirmengenailowonganposisisaatiniatau
yang akandatangdalamperusahaan
( pilihan alternative kerja
untuk pribadi yang percaya bahwa
mereka mungkin
telah mengambil
posisi karir yang salah).
Sun Microsystem telah
membuka pusat karir di mana karyawan mendiskusikan prospek karir,
menguji keterampilan mereka, dan
mengeksplorasi kepentingan mereka.Intel menawarkan
kursus untuk
membantu karyawan
melihat dimana
kesempatan dalam
perusahaan
yang dikembangkan
dan kemampuan
seperti apa yang mereka
butuhkan disana.
Texas
instruments membahas
masa depan
karyawan dengan
mereka sebanyak
satu tahun
kedepan
dalam
setiap perubahan yang dapat mempengaruhi
kesempatan kerja mereka.
Sun
microsystems, intel, dantexas instruments adalah
organisasi
yang mampu menghargai kenyataan
bahwa
yang berpengalaman,
mampu, karyawan-karyawan loyal yang nyaman dengan
organisasi memiliki
keunggulan untuk
mengisi lowongan
pekerjaan kedepannya.
Tujuan beberapa program pengembangan
karyawan yang efektif dapat menerima identifikasi oleh super dan miror (1987).
Pertama mengembangkantenaga kerjadenganketerampilandan pengalamanorganisasi
perlu untuksaat ini dan permintaan masa depan. Kedua mencegah adanya dataran
tinggi terhadap karir individu ( menghentikan karir ) dan kekunoan (dalam keterampilan yang memadai untuk terus melakukan
pekerjaan dengan baik). Manfaatketigadari
program pengembangankaryawan yang baikadalahpemeliharaanmanajerberbakat
danmanajer berpotensi
untuk memenuhitujuan masa depan. Itu juga membantu untuk menciptakan iklim organisasi yang
mendukung dan mendorong pertumbuhan pribadi. Sehingga,pengembangan karyawan
membantu sebuah organisasi sesuai dengan tujuan dan persyaratan yang ada.
Driver
(1979) percaya bahwapengembangan kariryang
efektifdidasarkanpada pemahamanperbedaan individu dalamkonsepkarir.
Konsep-konsep tersebut antara lain :
1.
Steady State: Dari awal karir harus dipililih (tetap konstan) ,tidak berubah
ubah, karena perubahan
tidak diinginkan
2.Transitory: Pilihan karir tidak pernah tetap, besar
keinginan untuk pindah
3. Spiral: Pilihan karir berganti di interval lima – tujuh tahun
,penekanan kepada perubahan yang kreatif
4. Linear: Pilihan karir di buat lebih awal, penekanan
padagerakan ke atas
MenurutDriver,perencanaankarir
yang efektiftergantung padamembantu oranguntuk mengidentifikasidan
mengikutikonsep-konsep karir mereka sendiri. Dalam beberapa kasus,
ini mungkinsederhana seperti menyediakan/memberikan informasi.Seorang insinyurjenislinierperlu
tahujalur kariryangtersedia bagiseorang insinyur diorganisasinya.
contoh
:
Dua
jalurtersebutdiilustrasikan pada Gambar5-3.
Insinyur yangmemiliki
konsepstatekarirstabiltidakmungkin tertarikdalam memanjatsalah satu dari
duatanggayang ditunjukkan.satu dengankonsepspiralmungkintertarik pindahdari
satuke yang laindi beberapa titik,
jelas,
pengembangan kariryang tepatuntuk
keduainsinyurakan berbeda.
Driver
percayabahwaaplikasiyang palingpenting dariide konsepkarirnyaterletak
padapotensinya untukmencapaikecocokan antaraindividudanorganisasi di
manaiadigunakan.
SKILL
AND KNOWLEDGE ENHANCEMENT (KEMAMPUAN DAN PENINGKATAN PENGETAHUAN)
Banyak
dari program ini yang tidak konsisten dengan pendekatan individu yang
dianjurkan. Namun peluang untuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan tampaknya
lebih mudah tersedia di waktu yang lalu.Beberapa contoh
menarik baru-baru ini telah dijelaskan dalam berbagai usaha terkait.
·
Pembelajaran berbahasa untuk membantu seseorang
membuat (atau telepon) kesan pertama yang baik.
·
Clean-desk training untuk karyawan yang bertemu dengan
pelanggan dan klien secara rutin ( teratur )
·
Program untuk mendidik karyawan bar bagaimana
membatasi alkohol atau menolak layanan dengan cara yang tidak konfrontif ketika
langganan mabuk.
·
Kursus tampilan desktop untuk membantu
sekretaris dalam membantu bosnya
·
Permainan papan yang dinamakan Zodiak (
Paradigma Komunikasi ) untuk mengajari pegawai
pada setiap level organisasi mengenai strategi dan keuangan.
·
Perkemahan untuk mengajari top eksekutif
bagaimana menggunakan komputer (Apakah mereka membutuhkan itu?) seorang peserta bertanya bagaimana
menjaga mouse nya agar tidak menutupi mouse-dia tetap menekannya pada komputer)
Job level Managerial ladder Professional ladder
6 Manager of Engineering Research engineer
5 Senior Engineering Manager Senior Engineer
4 Engineer
Manager Advisory
Engineer
3 Supervisory Engineer Staff Engineer
2 Engineer
1 Assosiate Engineer
Gambar 5:3 (L.N. Jewel 3rd edition)
Dua kemungkinan jenjang promosi untuk
tenaga kerja.
Tidak semua pelatihan perkembangan pegawai
mengambil lokasi diluar organisasi . Rotasi
pekerjaan metode popular yang
menambah perluasan kesempatan perkembangan
karir dan kemampuan . John Hancock , IBM , dan Southwest airlines adalah
perusahaan yang menggunakan strategi
ini.Alagasco dan perusahaan alabama juga menggunakan rotasi pekerjaaan untuk
menjaga pegawai dari kemandekan dan
menekan kemungkinan kelelahan.Program peningkatan kemampuan khusus dan
pengetahuan juga diatur di lokasi pekerjaan oleh spesial staff pelatihan atau
konsultan manajemen dari luar perusahaan , yang merupakan psikolog industri dan
organisasi. Sumber umum dari informi mengenai pelatihan dan perkembangan
karyawan dipublikasikan oleh American society for training and Development
Maurer dan Tarulli (1994)
mengeksplorasi hubungan antara peran serta dalam berbagai kegiatan pembangunan
yang tersedia untuk karyawan ( waktu mereka sendiri ) dan sejumlah variabel
pribadi dan variabel lingkungan. antara hasil lainnya, para peneliti menemukan
bahwa orang-orang yang tinggi pada self efficacy (keyakinan akan kemampuan
pribadi untuk melakukan sesuatu dengan baik ) lebih mungkin untuk
berpartisipasi dalam keterampilan sukarela dan peluang peningkatan pengetahuan
daripada mereka yang tidak. Dukungan sosial
dari rekan-rekan untuk kegiatan tersebut
juga penting ( Leiter,Dorward, & Cox, 1994 )
Tertua dan selama bertahun-tahun
bentuk paling tersedia dari pengembangan karyawan adalah manajemen dan program
pengembangan kepemimpinan. Banyak dari kesempatan ini, seperti komunikasi
lokakarya yang disebutkan sebelumnya, tidak didasarkan pada penaksiran dari
dalam kebutuhan individu, sebaliknya, mereka berorientasi pada perbaikan umum
pengelolaan organisasi. Pendekatan yang paling komprehensif dan terkoordinasi
untuk pengembangan pengembangan manajemen individu dapat ditemukan di pusat
penilaian. Simulasi pelatihan, seperti dikenal dalam exercise basket (
Fredericksen, 1962) memainkan peran sentral dalam penilaian pusat kegiatan.
Dalam bentuk dasar, sebuah keranjang berisi surat, laporan, dan memo yang memerlukan tindakan (lihat exhbit 5-8). Peserta pelatihan diberikan periode waktu di mana untuk membuat keputusan, menulis surat balasan, meminta informasi lebih lanjut, mendelegasikan tanggung jawab kepada orang lain, atau mengambil tindakan apapun yang mereka anggap sesuai dalam konteks posisi mereka ditugaskan dalam sebuah organisasi hipotetis. Sebuah tinjauan( meninjau) dan simulasi lainnya sering digunakan untuk menilai atau mengembangkan bakat manajerial ( Thornton and Cleveland , 1990 )
Evaluasi oleh pusat penilaian bukan merupakan prasyarat untuk pengembangan manajemen yang efektif. Ada cara lain untuk menilai kekuatan individu dan kelemahan dalam rangka untuk mengidentifikasi kebutuhan pembangunan. Namun demikian, laporan yang sangat spesifik yang biasanya keluar dari evaluasi tersebut memberikan contoh yang baik dari pendekatan individu untuk pembangunan. .
Apapun spesifiknya, sebuah organisasi berkomitmen untuk membantu personelnya meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, menciptakan lingkungan kerja yang lebih menarik dan menantang yang dapat meningkatkan keinginan karyawan untuk tetap bertahan dengan organisasi, meningkatkan fleksibilitas tenaga kerja, dan mempromosikan klien yang lebih baik atau layanan pelanggan. Salah satu perusahaan yang telah memeluk budaya belajar terus menerus dan sepenuh hati adalah “ Giant Andersen Consulting” ,yang memerlukan pendidikan berkelanjutan dari semua karyawan dengan biaya tahunan diperkirakan dengan organisasi sekitar seperempat miliar dolar.
Personal Counseling
Layanan konseling untuk hukum,
perkawinan (rumah tangga), psikologis dan program konseling keuangan juga
tersedia di banyak organisasi. Sebuah tren baru yaitu informasi
konseling untuk kelompok karyawan yang berurusan dengan isu-isu
spesifik,pengembangan korporasi kuliah gratis ,dll. Ada juga sebuah tren yang
berkembang untuk menawarkan preretirement konseling dan perencanaan jasa untuk
semua karyawan.
Beberapa organisasi mempunyai
spesialis waktu yang penuh atau sebahagian di tempat untuk spesialis
karyawan. Penggunaan lain di luar profesional atas dasar kontrak atau memiliki
pengaturan rujukan rutin dengan berbagai instansi atau lembaga pembelajaran.
Sebuah kajian komprehensif dari sifat dan tingkat penggunaan konseling di
industri, bersama-sama dengan penelitian yang relevan dilakukan oleh Cairo(
1983).
Dasar dari tinjauan ini, dia membuat lima kesimpulan dan rekomendasi :
1.Tidak ada penggunaan yang sesuai dari konseling antara study yang
dilaporkan. Istilah ini digunakan untuk sesuatu yang digambarkan dari
percakapan singkat dengan seorang pengawas untuk sesi panjang dengan secara
profesional.
2.Objek konseling dan keefektifannya
akan dievaluasi dengan pertimbangan yang lebih hati-hati
3.Ada sebuah kebutuhan untuk lebih
belajar membandingkan pendekatan konseling yang berbeda dan perbandingan
konseling dengan aktifitas bantuan lainnya.
4. Informasi yang akurat dan
terperinci tentang penerapan konseling dalam industri sangat dibutuhkan.
5.Banyak bentuk literal konseling yang tersedia adalah
bagaimana melakukan bentuknya itu. Program pengembangan dalam industri
harus lebih bertanggung jawab untuk menyeimbangkan beberapa persepsi tersebut
dengan sebuah evaluasi dari efektivitas mereka.
Sebuah pemeriksaan literatur sejak
tahun 1983 meninggalkan sedikit keraguan bahwa kesimpulan Cairo masih memiliki
validitas tetapi organisasi dan peneliti mulai merespon isu-isu tersebut.
Secara khusus, telah ada kemajuan yang cukup besar dalam klasifikasi dan
terminologi, dengan “program bantuan karyawan” sekarang istilah yang diterima
secara luas dari pilihan. Program
bantuan karyawan ditentukan oleh kebijakan, prosedur dan layanan orientasi konseling
yang mengidentifikasi atau menanggapi pribadi karyawan, emosional atau masalah
perilaku yang mengganggu prestasi kerja ( Smith ,1988,p.8).
Para pekerja telah mengakses untuk
beberapa jenis EAP.Bahan kunci untuk keberhasilan program ini termasuk dukungan
baik oleh manajemen atas dan pengawas atasan, staf oleh kalangan praktisi,
kepekaan terhadap populasi khusus dalam angkatan kerja, dan mekanisme untuk
mendidik karyawan tentang program ( Masi & Fredland 1988). Secara khusus,
keakraban dengan program ini, bersama dengan persepsi dukungan oleh manajemen
atas, mempengaruhi kepercayaan karyawan dalam program. Keyakinan, pada
gilirannya, merupakan salah satu faktor penentu yang paling penting apakah
karyawan benar-benar menggunakan program( Milne,Blum, & Roman,1994). Di
antara perilaku cenderung pengawas mengarah untuk merujuk karyawan ke EAP
seperti meningkatnya absensi, lekas marah, penurunan produktivitas dan
ketidakmautauan.
Peran
indvidu dalam pelatihan
Spsesifikasi
dari keputusan membuat program pelatihan adalah orang yang akan dilatih. Dalam
situasi pelatihan, karakter dari individu-individu yang terlibat memiliki peran
dalam keberhasilan dari pengembangan pelatihan pekerja atau karyawan. Kemampuan
yang dimiliki adalah dasar dari kesuksesan, tetapi psikolog industri dan
organisasi menemukan yang sesuai untuk mensukseskan tujuan dari pelatihan,
karakter yang ditemukan untuk meningkatkan kemajuan individu dalam pelatihan
adalah motivasi untuk belajar(Fishbein & Stasson 1990;Quinones,1995),
harapan yang realistis mengenai pelatihan(Hicks & Klimoski,1987),percaya
diri(Tannebaum,Cannon bowers,salas,& Mathieu,1993), komitmen bekerja(Noe
& Schmit,1986), keunggulan diri(Mitchell,Hopper,Daniels,George-Falvy,&
James), dan pengalaman pada pekerjaan sebelumnya(Gist,Rosen, &
Schwoerer,1988;Morrison & Brantner,1992),namun hal ini tidak independent.
Tetapi seluruh karakter ini saling mempengaruhi satu sama lain,sebagai contoh,
karakter seseorang yang mengikuti suatu pelatihan saling dipengaruhi satu sama
lain oleh situasi pelatihan.
Organisasi
personil yang menentukan individu untuk mengikuti pelatihan dapat berbuat
banyak untuk menyakinkan bahwa yang akan mengikuti pelatihan adalah individu
yang memilki kemampuan yang memadai,dan itu akan menjadi hal yang mudah untuk pelatih
dalam memenuhi harapan peserta pelatihan menggunakan umpan balik, mereka dapat
mencoba membuat pelatihan yang aktual dengan situasi yang menarik, menantang,
relevan, dan penghargaan.
Sosialisasi
Sosialisasi
adalah suatu proses dari pendatang baru dalam satu grup untuk memperoleh
nilai-nilai ataupun norma-norma penting agar dapat diterima sebagai anggota
dalam kelompok tersebut. Sosialisasi mengacu pada mempelajari bagian dari
seorang individu yang menyesuaikan dengan peran baru(berbeda) dalam satu organisasi
tertentu(Louis,1980).Ada dua jenis organisasi dimana pendatang baru wajib untuk
bersosialisasi didalamnya yaitu, pertama tempat dimana mereka berkerja, dan
yang kedua kelompok dari organisasi itu sendiri, hal ini dinamakan Orientasi.
Proses
dari pendatang baru dalam satu organisasi yang memiliki peraturan
,prosedur-prosedur operasi,kebijakan-kebijakan,dan performance yang diharapkan.
Suatu organisasi dengan program-program pelatihan formal yang besar terhadap
selalu membuat bagian untuk berorientasi terhadap program,sebagian yang lain
menyelesaikan dengan buku petunjuk yang ditulis untuk karyawan yang berisi
tentang rencana asuransi kesehatan dan peraturan istirahat kerja.
Pentingnya
Sosialisasi
Katz
(1964) membuat tiga tipe dari perilaku yang harus ditunjukkan oleh
anggota-anggota satu organisasi yang sangat efektif yaitu,pertama seorang
karyawan harus terikat diperusahaan,kedua karyawan harus menyelesaikan
pekerjaan yang diembannya,yang ketiga mereka harus memiliki perilaku inovatif
dan koorperatif dalam pembagian tugas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat perilaku tertentu yang ditunjukkan oleh karyawan, salah satunya adalah
apa yang dialami karyawan saat dirumah, kenyamanan dengan performa kerjanya,
dan motivasi untuk mencapai tujuan dari organisasi, itu merupakan faktor yang
efektif bagi karyawan untuk bersosialisasi dalam bekerja.
Model
Sosialisasi
Menurut
fieldman ada tiga tahap sosialisasi yaitu:
1.Tahap antisipasi
(anticipatory stage). Karyawan baru yang potensial harus mendapatkan informasi
tentang oranisasi, pekerjaan, tingkat keahlian yang dimilikinya,
kemampuan-kemampuannya, kebutuhan-kebutuhannya, dan nilai-nilai yang berada
didalam organisasi tersebut.
2.Tahap menghadapi
(encounter stage).Pendatang baru belajar bahwa tugas-tugas dalam pekerjaan baru
mereka termasuk dalam kelompok kerja,dan mendefenisikan peran dirinya dalam
kelompok kerja serta mampu bekerja sama dalam konflik yang terjadi diantara
sesama anggota group (intergroup conflict) dan dari konflik organisasi (outside-life
konflik).
3.Tahap perubahan dan
akuisisi (Change and acquisition stage). Karyawan baru berinduk kepada
tugas-tugas dan peraturan kerja mereka serta memuaskan kelompok kerja dan
budaya organisasi,dalam tahap ini karyawan baru telah menyatu dengan kelompok.
Sosialiasasi
sebagai proses yang berkelanjutan
Berdasarkan
pada pengujian terhadap beberapa model yang ditemukan pada literartur Chao dan
Her collauges (1994),ada 6 dimensi dasar dari organisasi sosialisasi:
1. Kemahiran dalam
kinerja (performance proficiency). Mempelajari tugas-tugas yang terdapat
didalam pekerjaan.
2. Manusia (People).
Membangun kepuasan ,dan meraih keberhasilan dalam hubungan kerja.
3. Politik (politics).
Mendapatkan informasi mengenai hubungan dan kekuatan jaringan dalam organisasi.
4. Bahasa (language)
.Belajar teknik berbahasa, bahasa gaul, dan jargon unik didalam organisasi.
5. Tujuan-tujuan dan
nilai-nilai (Goals and values). Memahamai tujuan-tujuan dan nilai-nilai
spesifik didalam organisasi tersebut.
6. Sejarah (History).
Mempelajari tradisi-tradisi,kebiasaan-kebiasaan,dan ritual dari organisasi
tersebut.
Kesimpulan
umum dari kajian ini adalah bahwa organisasi pendatang baru merupakan pemerhati
aktif dan tidak pasif menerima informasi sekecil apapun seperti spons yang
terendam (e.g.,Ostroff & Kozlowski,1992).Lebih dari itu keluaran penting
dari karir nampaknya berhubungan dengan keberhasilan strategi mencari beragam
informasi (e.g.,Ostroff & Kozlowski,1992
). Ide bahwa seseorang yang aktif berpartisipasi dalam sosialisasi
mereka agak mengedepankan konsep yang natural dari sosialisasi organisasi
sebagai proses panjang dari satu karir daripada satu even yang mewujudkan
keberhasilan atau tidak. Dalam satu
organisasi beberapa orang akan mempersembahkan beberapa pelajaran keberuntungan
dibandingkan yang lain dalam satu kondisi orang-orang hanya belajar dengan
cepat dan efisien dibanding orang lain. Perbedaan dalam karakter-karakter
individu seperti ingin mengendalikan lingkungannya juga mempengaruhi sifat dan
durasi dari pencarian karyawan terhadap informasi tentang organisasi yang
mempekerjakan, organisasi berubah demikian juga para karyawannya, perubahan ini
dapat menciptakan kebutuhan terhadap hal baru dan bersosialisasi kembali
(Louis,1980).
Mentor dan Sosialisasi
Peran
penting karyawan dalam membantu karyawan baru bukan merupakan hal yang baru. Di
dalam dunia orang bekerja dikenal nilai dari “ old hand “ yang akan memberikan dukungan, informasi,
bantuan, dan menunjukkan ketertarikan pribadi di dalam pekerjaan dan karir yang
sukses kepada karyawan baru. Di dalam psikologi industri dan organisasi, orang
tersebut dinamakan mentor, Atau dalam artian yang lebih mudah, mentor adalah
orang yang berpengalaman dan memiliki peringkat yang tinggi di dalam organisasi
yang mendukung dan meningkatkan pengembangan karyawan baru. Seperti yang di
definisikan oleh Wilson dan Elman (1990), hubungan mentoring terjadi ketika
seseorang yang lebih tua yang memiliki pengalaman lebih banyak mengajari
seorang junior untuk membantu sosialisasai organisasi bagi yang memiliki
pengalaman sedikit dan melewati sepanjang pengetahuan yang diperoleh
bertahun-tahun dalam organisasi.
Dalam
temuan lain, penelitian dengan bimbingan memberi kesan bahwa karyawan yang
berhasil dalam metode bimbingan lebih dapat belajar mempraktikkan dan
menyelesaikan permasalahan dalam organisasi dibandingkan dengan karyawan yang
tidak di bimbing. Karyawan terbimbing juga lebih percaya bahwa mereka memilik
sumber tenaga, bertemu dengan orang-orang penting, dan kebijakan-kebijakan
penting. Dan akhirnya, terbukti bahwa orang yang mendapat bimbingan lebih
mendapat kepuasan kerja (Koberg, Boss, Chapell, & Ringer, 1994) dan
menerima gaji yang tinggi (Chao, Walz, & Gardner, 1992) dari pada yang
tidak di bimbing.
Pengajaran
memberikan keuntungan bagi organisasi sama halnya dengan individu. Sebagai
peran dalam menjembatani antara orang-orang yang ada di dalam dengan karyawan
baru , pengajar membantu memberikan kekuatan dan menjamin keberlanjutan budaya
dari organisasi. Mereka akan berada dalam posisi cepat tanggap terhadap masalah
yang menurunkan moral pekerja, kemudian tetap ada waktu untuk memperbaiki
tindakan tersebut.
Aktivitas
Organisasi yang Mempengaruhi Sosialisasi
Ketiga
rangkaian aktivitas organisasi formal mempunyai dampak tertentu dalam
sosialisasi yaitu penyaringam dan seleksi, pelatihan, dan penilaian kinerja.
Penyaringan,
Seleksi, dan Sosialisasi
Pada bab 4, kita telah
mempelajari priview kerja nyata ( Realistic Job Preview ) sebagai salah satu
pendekatan untuk memecahkan masalah yang dapat ditimbulkan akibat
ketidakcocokkan individu/organisasi/pekerjaan. Hal yang sama juga berlaku dalam
sosialisasi : semakin akurat informasi yang di berikan kepada calon karyawan,
semakin efektif antisipasi sosialisasinya. Dalam model Feldman, fase antisipasi
sosialisasi merupakan fase pengumpulan
informasi. Calon karyawan harus berusaha menilai apakah ia akan cocok bekerja
dalam sebuah organisasi. Ada sedikit keraguan bahwa kejujuran pada bagian
mereka yang melakukan proses penyaringan dan seleksi akan memfasilitasi proses
ini. Kejujuran dapat mendorong calon karyawan yang tidak cocok dapat keluar,
untuk mengurangi masalah yang akan terjadi pada tahap sosialisasi berikutnya.
Pelatihan
dan Sosialisasi
Pelatihan adalah
pengalaman belajar berstruktur yang dimaksudkan untuk mengubah kemampuan
menjadi keterampilan kerja yang khusus. Pelatihan dan sosialisasi mengubah
mereka yang tadinya pendatang baru menjadi orang dalam.
Akrab dengan pekerjaan
dan mampu menguasai tugas pekerjaan merupakan hal penting dari
perubahan/akuisisi pada tahap sosialisasi pada model Feldman. Pelatihan akan
membantu penyesuaian dalam organisasi
(Saks, 1996) dan dari pelatihan tersebut, kita dapat mengetahui seberapa
kompeten calon pegawai bekerja sehinnga untuk kedepannya bisa di ketahui
seperti apa cara kerja dari calon si pegawai.
Antara pengantisipasian
dan upaya menghadapai sosialisasi kemungkinan akan terlambat jika pesan
pelatihan ini bertentangan dengan apa yang telah direncanakan di awal. Karyawan
baru yang di pimpin untuk mengharapkan nilai dari individualisme di dukung oleh
organisasi akan lebih mendapatkan kesulitan untuk menyesuaikan diri jika
pelatihannya bersifat rutin dan dikemas atau prepackaged.
Penilaian
Prestasi dan Sosialisasi
Dalam sosialisasi,
peran dari penilaian prestasi adalah untuk membantu karyawan baru menguasai
peran dalam tugas dan pekerjaannya. Penilaian awal dan dilakukan dengan sering
merupakan hal yang penting untuk melanjutkan proses pelatihan dan untuk
memperkuat ekpestasi kinerja. Penilaian kinerja juga dapat mempengaruhi
sosialisasi karyawan baru ke dalam kelompok meskipun sifat dari pengaruh itu
bergantung pada sifat kelompok dan tolak ukur prestasi informalnya. Sebagai contoh,
seorang karyawan baru yang memiliki penilaian kinerja rata-rata dalam pelatihan
mungkin akan susah diterima di dalam kelompok kerja yang memiliki keterampilan
tinggi dan menganggapnya elit, begitu pun sebaliknya bagi karyawan yang
bermotivasi tinggi tidak cocok dalam kelompok yang memiliki perbedaan standar
kinerja.
Penyaringan dan
seleksi, pelatihan, dan penilaian merupakan cara mempermudah sosialisasi
efektif karena aktivitas tersebut berada di bawah pengendalian organisasi
formal. Faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dapat dikendalikan
atau tidak sama sekali. Di antara variabel adalah perilaku rekan kerja karyawan
baru serta pemahaman dan kemampuan karyawan baru dalam menghadapi masalah
sosialisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Jewell
, J.N (1998) ,California;Contemporary Industrial /organizational
psychology, McgrawHill
Jewell.
J.N ( 1998) , Danuyasa.Drs,Jakarta;Psikologi
Industri Organisasi Modern, McGrawHill
i appreciate it.
BalasHapusplease invite me
5429A829